*Author : Ini adalah salah satu karya yang aku tulis sendiri. Pernah aku share di whatpatt dan yang menikmatinya pun lumayan. Cerita ini sebenarnya aku ambil dari sedikit cerita di kehidupanku. Dan.. sebenarnya juga, cerita ini aku tujukan untuk seseorang yang aku sukai.. namun dia tak pernah tau..
Let's enjoy guys :)
Secangkir kopi hangat menemaninya malam ini.
Gelap dan hujan.
Dia sangat menyukai hujan.
Baginya hujan adalah pelipur lara yang tak ada bandingnya.
Hujan dapat
menolong menutupi suara tangisan dan juga menyamarkan air mata yang terjatuh
turun.
Hujan selalu menjadi teman akrabnya di malam hari. Entah kenapa dia
selalu ingin dalam tidurnya selalu ada suara rintik hujan yang menentramkannya.
Dia mulai menulis beberapa patah kata ke dalam diary nya, dengan menulis
dia dapat mengungkapkan semua isi hatinya dan perasaannya tanpa perlu takut ditertawakan
ataupun dipermalukan.
Dia mempunyai pengalaman yang tidak terlalu indah untuk dikenang dalam
hal pengungkapan perasaan, dan sampai sekarang itu menjadi semacam trauma yang
sulit di hilangkan. Dan hal itu kini merubah setiap karakter yang dulu melekat
pada dirinya..
Semakin dia pendam, semakin tak dapat ia hilangkan..
Terkadang jika tak ada yang menarik lagi pada hari-hari yang dilaluinya,
dia hanya berkutat dengan buku-buku koleksi dan diary nya..
Meringkuk di salah satu tempat favoritnya. Tanpa ada kebisingan dan
hanya ada diam yang berlalu.
Dita sudah mulai mengantuk, kopi yang sudah dia teguk habis tak dapat membantunya
untuk tetap terjaga. Dan tubuhnya sudah memberikan sinyal-sinyal untuk
mendapatkan waktu istirahat.
Saat tak ada hal yang perlu untuk dikerjakan dan saat tubuh benar-benar
menampakan sinyal kelelahan, maka tidurlah obatnya.
Dengan tidur kamu mampu membiarkan dirimu menemukan hal-hal yang dalam
dunia nyata tak bisa kau lakukan. Ya.. itu adalah mimpi.. Kamu dapat menjadi
apapun yang kamu mau, membayangkan
setiap kejadian yang diinginkan, namun itu tak benar-benar dapat terjadi
dalam kenyataan.
Sebuah boneka teddy bear warna coklat menemani disampingnya, Dita
menarik boneka itu. Merengkuhnya ke dalam pelukannya.
Namanya Hachiko, Dita terinspirasi dengan Film yang sangat terkenal itu.
Berjudul Hachiko. Mengkisahkan tentang seekor anjing yang sangat setia menunggu
majikannya setiap pulang kerja. Sampai sang majikan meninggal dunia, hachiko
tetap menunggu nya di sebuah pemberhentian stasiun yang biasa majikannya turun
di stasiun itu.
Dan Dita ingin, semoga Hachiko miliknya juga akan tetap setia menemani
di setiap harinya, dalam kondisi-kondisi apapun. Saat dia sendiri, dan tak
mampu untuk dapat menyelesaikan masalah di hatinya maupun di pikirannya. Dia
ingin Hachiko menjadi teman setia di hidupnya.
Pagi ini, Dita bersiap untuk berangkat sekolah. Dia memang hanya masih
anak SMA dengan seragam abu-abu. Seperti biasa, Dita mulai berjalan keluar
menuju halte di dekat rumahnya. Tepatnya halte TransJogja yang berdiri
mungil di pinggir jalan. Tidak seperti
Jakarta yang memang penggunanya yang sangat banyak sehingga untuk halte sendiri
dibuat khusus agak besar untuk melayani para pengguna jasa tersebut. Dia masuk
dan mengeluarkan Kartu langganan khusus Tiket Pelajar pengguna jasa TransJogja
ini. Beda tarif langganan dan reguler memang hanya Rp. 1000 namun baginya lebih
mudah menggunakan kartu ini karna bisa diisi ulang. Masih sepi, hanya ada 2
orang mbak-mbak yang jaga loket dan seorang bapak-bapak yang mungkin akan pergi
bekerja.
Dia mengambil duduk di sebuah kursi menunggu bus yang akan membawanya ke
sekolah. Tak begitu lama sudah datang bus sesuai rute dengan jalan menuju
sekolah. Ah.. ternyata Dita memang agak kepagian.. belum terlalu banyak
penumpang juga disini..
Dita bersekolah di Sebuah sekolah Negeri di Kota ini. Dengan banyak
sekali murid-murid berprestasi disini. Kecuali dia, ya.. Dita memang hanya
biasa saja. Tak perlu diperhitungkan untuk bisa membuat nama sekolahnya harum
di luar sana. Hanya dengan bertingkah baik dan tidak melakukan hal macam-macam,
itu yang bisa dia perbuat.
Dan juga Dita tidaklah terlalu menonjol dalam bidang apapun, entah itu
keorganisasian ataupun pelajaran-pelajaran lainnya.
Memasuki gerbang sekolah yang selalu di jaga oleh pak satpam berkumis
itu. Dita selalu tersenyum setiap kali melihat kumisnya yang setiap hari
sepertinya semakin panjang. Penasaran juga apakah pak satpam itu tidak
bersin-bersin dengan kumis yang lebat itu. Kalau kau membayangkannya malah
membuatmu geli sendiri. Ah.. bapak satpam itu memang mempunyai keunikannya
sendiri. Baginya itu adalah hal lucu yang sering kali tidak disadari oleh
orang-orang disekitarnya.
Dita mulai menuju kelas, belum terlalu ramai.. hanya beberapa orang yang
sudah duduk di bangkunya masing-masing, termasuk sahabatnya Fira.. ternyata dia
sudah berangkat lebih dulu dari biasanya..
“Tumben kamu Fir.. udah berangkat, biasanya aja bel masuk kurang 5 menit
baru sampai di depan kelas” tanyanya pada Fira.
“Aku kan sekarang rajin Dit.. dan ternyata berangkat pagi itu bisa
membuat otak kita benar-benar fresh lho..” jawab Fira nyengir. Dita melihat
Fira yang sedang sibuk menulis di buku, ah.. sekarang dia tau alasan kenapa Fira berangkat agak pagi
begini.
“Iyaa.. emang kamu rajin banget deh Fir.. rajin buat nyalin PR di
sekolah” sindirnya.
“Hehehe.. Kamu taulah Dit.. tiap malem kan aku sibuk”
“Lhah, emang sibuk apa?”
“Sibuk telponan sama pacar tersayangku” jawab Fira kembali dengan cengirannya.
Anak ini emang bener-bener, selalu saja menganggap urusan sekolah adalah
belakangan, apakah dia tidak tau kalau orang tuanya itu menyekolahkannya juga
untuk dirinya.
Tapi Dita terlalu paham dengan sikap Fira yang cuek dan malas itu. Mereka
memang sudah bersahabat sejak masuk SMA ini. Orang yang Dita kenal pertama kali
adalah Fira, anak baik hati yang tidak terlalu pilih-pilih teman. Dan, karena
mempunyai sahabat seperti Fira juga Dita masih bisa tetap betah disekolah ini.
Mempunyai seorang sahabat adalah hal yang tidak ternilai harganya. Kamu
bisa kehilangan berpuluh-puluh teman, namun tidak untuk satu sahabat.
Sahabat yang selalu dapat menjadi temanmu disaat bersuka dan berduka.
Sahabat yang dapat membuatmu nyaman, saat kamu menjadi dirimu sendiri. Cinta
itu imajinasi yang mengalahkan logika, dan persahabatan adalah logika yang
menciptakan imajinasi.
“Kamu udah ngerjain tugas dari bu
Rosa, Dit?”
“Udah dong, sampai aku bela-belain pinjem buku tebel kayak gini di
perpustakaan” jawabnya
Dita mulai duduk di bangku disampingnya.
Pelajaran Akuntansi memang butuh ketelitian, entah itu dalam hal
penulisan angka, pengerjaan ataupun pemahaman. Tapi, setelah kamu benar-benar
memahaminya, ini akan menjadi hal yang mengasyikan. Dan kamu akan selalu
penasaran untuk mengerjakan dan memecahkan masalah di setiap soal-soalnya.
Dita mengenal pelajaran Akuntansi, saat dia naik kelas dua. Dan saat itu
pula dia memasuki jurusan IPS bukannya IPA. Ikatan Pelajar Santai, mereka
bilang. Dan menurutnya memang begitu. Jurusan IPS lebih santai dibanding
Jurusan IPA yang dipenuhi pelajaran-pelajaean yang membuat otak mu benar-benar
keriting.
Waktu berlalu begitu cepat,bel istirahat pun berbunyi.
Dita dan Fira segera keluar dari dalam kelas. Penghuni kelas yang
berjumlah hampir 40 pun juga berbondong-bondong berhijrah menuju kantin.
“Dit, ke kantin yuk.. Laper nih” ajak Fira
“Kamu duluan aja ya Fir, aku mau ngembaliin buku dulu yang kemaren aku
pinjem” jawabnya dengan muka bersalah karena tidak dapat menemani sahabat nya
yang satu ini.
“Yah.. Okedeh.. Nanti nyusul ya!” pinta Fira
Dita hanya tersenyum memandangi sahabatnya berjalan cepat dan seolah
berlari itu. Mungkin saja cacing-cacing di perutnya mungkin sudah melakukan
demo anarkis sehingga tidak dapat menahan barang sebentar saja.Dita mulai
berjalan menyusuri lorong-lorong kelas yang mana ujungnya terdapat sebuah
perpustakaan yang agak tua menurutku, bersandingan dengan kantor guru.
“Dita!” sepertinya seseorang memanggilnya. Dita menengok, tapi di
belakang tidak ada siapa-siapa, dan ternyata orang itu berada tidak jauh di
depannya. Dengan posisi jalan yang menunduk ini, pantas saja Dita tidak
melihatnya. Dan untungnya dia mengenali sekali wajah dengan senyum khas yang
sedang di tampilkan dihadapannya itu.
“Fandi!” jantung Dita seakan berdegub kencang sekali, kaki nya serasa
lebih berat untuk diajak jalan.
“Hey.. Apa kabar? Kita jarang ketemu ya..” sapanya
“Kabar ku baik.. “ jawab Dita sambil tersenyum
“Kamu mau kemana? “
“Aku mau keperpustakaan, ngembaliin buku ini” Dita menunjukan buku tebal
yang kini sedang dia bawa.
“Wah.. sama dong, aku juga mau keperpustakaan.. bareng aja yuk!” ajak
Fandi
Dita hanya mengangguk, dia tak berani menatapnya langsung.
Akhirnya mereka berjalan beriringan, menuju tempat tujuan yang sama
yaitu perpustakaan.
Fandi adalah seseorang yang cukup dikenal di sekolah ini. Dengan
kepribadiannya yang ramah dan mudah akrab, dia gampang saja diterima dalam
pergaulannya. Dia juga sangat aktif dalam keoragnisasian di sekolah, termasuk
menjadi seorang anggota OSIS. OSIS disekolah ini memang lumayan disegani,
dengan banyaknya acara-acara yang diadakan di sekolah, maka nama OSIS juga ikut
melambung dalam hal pelaksanaan. Tak menutup kemungkinan untuk para anggotanya
untuk ikut dikenal kebanyakan siswa.
Berbeda sekali dengan Dita, Fandi sangat populer di kalangan para cewek-cewek
di sekolah ini. Dan Dita juga sangat yakin pasti sudah ada seseorang yang
benar-benar menarik hati Fandi.
Dita menyukainya, rasa suka nya yang terpendam seakan semakin bertambah
saja seiring mereka sering bertatap muka. Dan dengan kepribadiannya yang
seperti ini tak mungkin sekali untuk nya dapat mengungkapkan perasaan pada
Fandi. Dan cukup hanya dia yang memendamnya.
“Dit.. kapan-kapan maen kerumah dong, Mama sering nanyain kamu tuh.. “
Fandi tiba-tiba membuka percakapan.
“Iya deh Fan.. kalo aku nggak ada acara ya, eh gimana kabar mama kamu?”
“Mama aku baik, oh iya.. rencana, lusa besok kita mau ngadain makan
malem bareng sama keluarga kamu, kamu ikut ya?”
Dita hanya mengangguk, kalo saja Dita menuruti kata hati nya mungkin dia
sudah akan sering bermain kerumah Fandi, tapi sekali lagi.. Dita tak berani.
to be contiuned....